DEDE SUMARNI
4KA37
1B118010
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Perkembangan kebutuhan telekomunikasi yang semakin meningkat, semakin mendorong teknologi komunikasi bergerak untuk terus melakukan kemajuan. Dimulai dari teknologi 0G, hingga saat ini teknologi telah memasuki generasi keempat (4G). Kebutuhan yang semakin meningkat mendorong evolusi ke generasi kelima (5G), dengan berbagai keunggulan tersendiri. Namun, di samping keunggulan, ada beberapa tantangan dan harus segera di carikan solusi yang tepat. Kesiapan teknologi telekomunikasi dalam penerapan teknologi generasi kelima (5G), yang diprediksi akan diterapkan mulai tahun 2020
Perkembangan kebutuhan telekomunikasi yang semakin meningkat, semakin mendorong teknologi komunikasi bergerak untuk terus melakukan kemajuan. Dimulai dari teknologi 0G, hingga saat ini teknologi telah memasuki generasi keempat (4G). Kebutuhan yang semakin meningkat mendorong evolusi ke generasi kelima (5G), dengan berbagai keunggulan tersendiri. Namun, di samping keunggulan, ada beberapa tantangan dan harus segera di carikan solusi yang tepat. Kesiapan teknologi telekomunikasi dalam penerapan teknologi generasi kelima (5G), yang diprediksi akan diterapkan mulai tahun 2020
Perkembangan
teknologi seluler di Indonesia sekarang telah memasuki 4G dimana jaringan pita
lebar 4G LTE “tahap pertama” di Indonesia telah diterapkan di pita frekuensi
900 MHz di akhir tahun 2014 dan akan dilanjutkan pada “tahap kedua” pada pita
frekuensi 1800 MHz di kuartal pertama tahun 2015 berdasarkan keterangan dari
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara. Meskipun teknologi
telekomunikasi berkembang dengan
sangat pesat, masih
terdapat tantangan terhadap
peningkatan permintaan kecepatan akses data berikut dengan kehandalan
dari layanan dimana teknologi 4G pun tidak dapat memenuhi dan hal ini yang
memacu adanya penelitian terhadap teknologi terkini untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Beberapa
negara telah memulai
mengkaji kemungkinan penerapan
teknologi 5G dengan membentuk
konsorsium ataupun working project seperti METIS, 5GNOW, dan lain-lain
dimana working project tersebut merupakan gabungan dari beberapa vendor
telekomunikasi beserta akademisi dan regulator yang bersama-sama berusaha
menemukan teknologi yang dapat memenuhi persyaratan sebagai teknologi generasi
ke 5.
Berikutnya dari ANALISIS POTENSI KUNCI TEKNOLOGI 5G UNTUK
IMPLEMENTASI OPTIMAL DI JAWA BARAT bahwa peran teknologi wireless modern demikian
penting saat ini. Untuk tingkat
global, Nokia telah melakukan prediksi atas
dasar latar belakang. kebutuhan dukungan
bagi
pemetaan key
requirement
5G yang sesuai dengan kondisi
Indonesia sehingga ke depan dapat disusun
roadmap 5G Indonesia maka penelitian
ini dilakukan. Kontribusinya
bagi Jawa Barat
adalah dalam perluasan sinergitas riset
kalangan akademisi, bisnis dan government di wilayah ini sekaligus pembukaan
peluang
lebih jauh fabrikasi perangkat transceiver khususnya handset 5G di Jawa Barat.
Untuk itu maka bagaimana menerapkan teknologi
kunci pada sistem transmisi
radio dengan
tepat menjadi fokus perhatian penulis.
Kemudian tulisan ini bertujuan untuk menganalisis potensi riset transmisi radio
dengan melihat tantangan dan
peluangnya serta dengan analisis SWOT
menawarkan
strategi langkah-langkah
yang dapat diambil
dalam mengantisipasi
adopsi teknologi 5G dalam negeri yang segera hadir.
TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penulisan analisis kesiapan
teknologi dalam penerapan teknologi telekomunikasi generasi kelima (5G) adalah
untuk meningkatnya kebutuhan telekomunikasi dengan perkembangan jenis layanan
telekomunikasi, untuk mendorong lahirnya evolusi teknologi telekomunikasi dari
generasi nol (0G) hingga generasi kelima (5G) yang akan segera diimplementasikan,
dari teknologi generasi kelima (5G) juga masih menghadapi sejumlah kesulitan
tersendiri, Untuk mempersiapkan implementasi teknologi generasi kelima (5G),
dilakukan analisis awal terhadap sejumlah teknologi. Beberapa teknologi
memiliki spesifikasi untuk teknologi generasi kelima (5G), namun masih
diperlukan penelitian dan pengembangan yang maksimal. Selanjutnya ada Simulasi Penggunaan Frekuensi Milimeter Wave Untuk
Akses Komunikasi Jaringn 5G Indoor untuk menanggulangi keterbatasan
frekuensi dalam penerapan teknologi 5G adalah dengan menggunakan
frekuensi pada domain tinggi yang disebut dengan Milimeter Wave (mmWave). Penelitian
ini membahas alokasi pemilihn frekuensi mmWave dengan metode empirical models untuk model propagasi indoor.
Penggunaan frekuensi mmWave disimulasikan pada model
indoor office
environment.
Dari hasil simulasi dengan penempatan Indoor Hotspot (InH) pada setiap ruangan dengan ukuran dinding beton 5x5 meter, akan
lebih efektif jika menggunakan frekuensi di domain 60 GHz, dibandingkan
dengan frekuensi 38 GHz, 28 GHz,
dan
5 GHz maupun frekuensi unlicensed 2,4 GHz. Rata-rata SIR yang paling bagus untuk frekuensi mmWave di 60 GHz, yaitu sebesar 33,97 dB dan rata-rata received signals adalah -73,87 dBm. Dari hasil simulasi dapat disimpulkan bahwa perangkat InH menggunakan frekuensi rendah, kurang cocok diterapkan di dalam ruangan. Misalnya pada penggunaan frekuensi unlicensed 2,4 GHz dan mmWave 5 GHz, perangkat pada sisi receiver hanya mendapatkan rata-rata SIR masing-masing sekitar 5 dB.
Dan berikutnya tujuan dari analilsis potensi kunci teknologi 5g untuk
implementasi di jawa barat, bertujuan untuk menganalisis
potensi
riset
dari
menemukan strategi langkah penerapan teknologi kunci yang ada bagi adopsi teknologi 5th generation (5G) di tanah air dengan metode tracking,
analyzing, imaging, deciding, acting (TAIDA) dan strength, weakness,
opportunity, threats (SWOT).
Hasilnya
adalah tergalinya potensi
teknik pengolahan
spasial
berupa kombinasi massive-multiple
input multiple output (M-MIMO) dan beamforming adaptif antena cerdas; eksplorasi spektrum mmWave sampai 100
GHz;
manajemen
jaringan
yang
akan dipilih;
pemodelan three dimension (3D) dan simulasi tingkat radio
frequency (RF) sampai antena serta pemodelan kanal transmisi; juga teknologi material dalam mendukung produksi massal transceiver khususnya arsitektur handset dengan fitur
khas Indonesia berdasar
regulasi
tingkat komponen dalam negeri; serta teknologi energy harvesting. Dukungan regulasi yang berpihak pada
riset dan semakin
meningkatnya kolaborasi penelitian
antar institusi berperan sangat penting dalam mendukung geliat riset khususnya riset transmisi radio dalam rangka adopsi teknologi 5G yang segera hadir.
RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan visi teknologi 5G
?
2. Jelaskan perkembangan
teknologi 5G ?
3. Apa itu Massive MIMO ?
4. Apa itu beyonde 6 Ghz
(mmwave) ?
5. Apa itu software define
network ?
6. Apa itu cognitive radio
network ?
7. Apa itu scenario planning
?
8. Jelaskan perkembangan
teknologi 5G ?
9. Apa itu antenna cerda ?
10. Apa itu beamforming 3D
antenna cerda ?
11. Jelaskan teknologi M-MIMO
12. Jelaskan manajemen
jaringan ?
13. Jelaskan analisis SWOT ?
14. Jelaskan strategi pada
analisis SWOT ?
15. Jelaskan evolusi teknologi
telekomunikasi ?
16. Jelaskan konsep 5G ?
17. Jelaskan teknologi
pendukung ?
LANDASAN
TEORI
Visi Teknologi 5G
Sampai dengan saat ini teknologi generasi kelima dalam bidang telekomunikasi masih belum ditetapkan standar yang berlaku di dunia, meskipun
begitu para pelaku telekomunikasi di berbagai belahan
dunia telah
berlomba-lomba untuk mencari
teknologi yang dapat memenuhi persyaratan minimal dimana teknologi tersebut dapat dikatakan sebagai teknologi 5G. Target teknologi 5G secara umum sebagai berikut (NTT
Docomo, 2014):
• Data rates yang tinggi (1-10 Gbps);.
• Memiliki latensi dibawah 1 ms;
• Biaya dan energi yang efisien
(cost & energy efficiency);
• 1000x kapasitas saat ini;
• Cakupan yang luas dengan menggunakan jaringan heterogen;
• Konektivitas yang stabil.
Perkembangan Teknologi 5G
Dalam teknologi telekomunikasi seluler, teknologi 5G bukan merupakan standar yang merevolusi
teknologi generasi sebelumnya. Standar-standar terkait teknologi 5G yang akan muncul nantinya akan
mengubah beberapa regulasi telekomunikasi karena regulasi tersebut akan menjadi obsolete. Upaya untuk
mengantisipasi hal tersebut, ada beberapa hal yang harus dirumuskan
untuk mempersiapkan datangnya
standar yang selalu dikaitkan dengan “The Disruptive
Standard” (Boccardi et al., 2014).
Beberapa teknologi yang searah dengan teknologi 5G (DMC
R&D Centre Samsung, 2015):
Massive MIMO
Salah satu teknologi yang digunakan dalam
usulan 5G adalah Massive MIMO.
MIMO sendiri sudah dipakai dalam teknologi 4G, dimana dalam tiap stasiun pemancar/penerima menggunakan antena lebih dari satu. Misal konfigurasi MIMO 2x2 berarti di sisi pemancar dan penerima
masing-masing memiliki 2 antena. Pada LTE-A, konfigurasi MIMO paling banyak yakni 8 antena (Björnson, 2014).
Beyond 6 GHz (mmWave)
Gelombang milimeter / Millimetre wave (mmWave) atau disebut juga millimetre band merupakan
frekuensi dengan
panjang gelombang
antara 10 sampai dengan 1 milimeter. Gelombang milimeter
menempati spektrum 30 – 300 Ghz, sehingga dikategorikan
sebagai Extremely High Frequency (EHF). Tingginya
frekuensi gelombang milimeter serta karakteristik propagasi
yang khusus
membuat
mereka berguna untuk berbagai aplikasi termasuk transmisi data dalam jumlah besar pada jaringan komputer,
komunikasi seluler, dan radar. Dimungkinkannya penggunaan kanal bandwidth yang lebih besar: 2GHz,
4GHz, 10GHz bahkan 100GHz menyebabkan kecepatan yang setara dengan penggunaan kabel (fiber)
(Rappaport et al., 2013):
Software Define
Network (SDN)
Teknologi software define radio (SDR) akan memberikan fleksibilitas, power dan biaya yang efisien. Berdasarkan The SDR Forum dalam
IEEE working group, SDR merupakan kesatuan dari teknologi hardware dan software dimana sebagian atau semua fungsi operasional radio
(termasuk proses physical layer) diimplementasikan dalam software maupun firmware yang dapat dimodifikasi yang bekerja pada programmable processing technologies (Ulversoy, Ulversøy, Software, & Sdr, 2010).
Yang perlu diperhatikan dalam SDN adalah
value chain yang akan menjamin kesuksesan teknologi ini.
Dalam
value chain tersebut perlu adanya dukungan dari pihak lain diluar industri telekomunikasi seperti
lembaga pendidikan, kesehatan, pemerintah dan lain-lain, dukungan organisasi ini yang akan
memungkinkan
sebuah jaringan
bersifat ubiquitous sehingga end-user dapat menikmati seluruh layanan
tersebut (Wireless Innovation Forum, 2011)
Cognitive Radio Network (CRN)
Radio kognitif pertama kali dikemukakan
pada tahun 1999 oleh Mitola. Radio kognitif dapat meningkatkan utilisasi spektrum dengan
cara mencari secara terus menerus frekuensi (spectrum sensing) yang kosong (tidak terpakai) secara real time.
Dalam radio kognitif, hal yang diperhatikan adalah: spectrum
sensing; manajemen spektrum dan handoff; serta alokasi spektrum dan sharing spektrum (B. Wang & Liu,
Visible Light Communication(VLC)
Visible Light Communication (VLC) merupakan teknologi komunikasi data dengan menggunakan
cahaya sebagai
carrier.
Frekuesi yang digunakan teknologi VLC adalah 430 THz sampai dengan 790 THz
yang pada dasarnya
merupakan cahaya tampak oleh mata manusia. Penggunaan frekuensi yang tinggi akan memberikan data
rate
yang tinggi tetapi seperti sifat cahaya, VLC tidak
dapat menembus sebagian besar benda dan dinding
tembok. Teknologi VLC
dapat menggunakan atau reuse
infrastruktur penerangan
jalan sehingga penggunaan infrastruktur akan lebih efisien. Standar IEEE yang pertama dalam perkembangan teknologi
VLC
dikeluarkan
pada tahun 2011 yaitu standar 802. 15.7 yang didalamnya mengatur standar spesifikasi desain link layer dan physical layer. Pencapaian teknologi VLC sampai dengan saat ini adalah
1 Gbps link capacity dan masih perlu dikaji lebih lanjut untuk dapat menghasilkan potensi maksimal dari teknologi VLC.
Scenario planning
Perencanaan
skenario
(scenario planning) adalah
proses terstruktur dalam memikirkan dan mengantisipasi masa depan yang tidak diketahui, tanpa pretensi untuk dapat memprediksi masa depan
atau mampu mempengaruhi lingkungan
secara global. Filosofinya adalah
secara proaktif berpikir dan merencanakan perkembangan
masa
depan bukan
menjadi
pelaku pasif dari perubahan.
Perencanaan skenario selalu mencakup sejumlah kemungkinan skenario di masa mendatang, sehingga mempersiapkan banyak peristiwa di masa depan (Lingren & Bandhold, 2003).
Perencanaan skenario, merupakan metode untuk perencanaan jangka menengah sampai dengan jangka
panjang dengan kondisi yang tidak tentu. Metode tersebut membantu menentukan strategi dan menyusun
rencana
terhadap hal yang tidak diperkirakan tetapi
tetap pada arah yang
dituju dan mengikuti
perkembangan dari isu terkait (Mintzberg, Quinn, & Ghoshal, 2003).
Konsep perencanaan skenario pada dasarnya merupakan transformasi dari ‘proses TAIDA’: Tracking, Analysing, Imaging, Deciding, dan Acting.
Perkembangan Teknologi 5G
5G adalah singkatan dari 5th Generation yang
digunakan
untuk menunjuk generasi kelima
dari
teknologi mobile.
5G telah
memungkinkan untuk menggunakan ponsel dengan bandwidth yang lebih besar. 5G ini
adalah sebuah
sistem nirkabel packet switched.
5G digunakan untuk
menutupi area yang luas dan digunakan untuk memberikan
throughput yang lebih
tinggi. 5G
menggunakan CDMA, BDMA dan juga
gelombang
milimeter (untuk konektivitas
nirkabel backhaul). 5G menggunakan
teknik
Data coding/ modulasi
maju yang ditingkatkan. 5G ini memberikan sekitar 100 Mbps pada mobilitas penuh dan 1 Gbps untuk mobilitas rendah. 5G menggunakan
teknik antena cerdas untuk mendukung data
rate
dan cakupan
yang lebih tinggi (RF
Wireless, 2017).
Antena Cerdas
Sistem antena
cerdas dapat membedakan
sinyal yang diinginkan dan kanal interferensi
yang berdekatan
secara normal. Antena
cerdas terdiri dari susunan dua atau N buah antena dengan
jarak spasi sama, bersama-
sama bekerja untuk
mencapai pola radiasi yang spesifik. Pola radiasi
ini
akan menentukan
pengarahan dan penguatan antena yang dihasilkan.
Sistem antena
cerdas memiliki kemampuan untuk mengubah pola radiasi guna memberikan reaksi terhadap perubahan
lingkungan
sehingga dapat meningkatkan kapasitas dan S/N sistem wireless. Manfaat lain dari antena
cerdas adalah bahwa efek dari multipath diatasi
dengan menekan pengguna yang tidak diinginkan dan memaksimalkan beam pancaran
ke arah sudut yang diinginkan (Hidayat, 2017).
Beamforming 3D Antena Cerdas
Beam pada pola pancar susunan antena dapat diatur (beamforming)
sesuai desain. Sementara itu, algoritma adaptif adalah salah
satu
algoritma yang memberikan kecerdasan
bagi sistem smart antenna. Tanpa algoritma
adaptif,
sinyal asli tidak lagi dapat diekstraksi (Hidayat, 2017).
Beamforming
adaptif diperlukan untuk mengatasi
tantangan
propagasi pada sistem akses dimana
beamforming
akan beradaptasi dengan pengguna dan lingkungan
untuk memberikan payload kepada pengguna. Terlihat pada Gambar 9
di atas, sinyal dikonversi naik dan dibagi menjadi jalur RF masing-masing
untuk mencatu setiap antena. Dalam setiap jalur RF, sinyal diproses untuk mengatur gain dan fase untuk membentuk beam di luar antena. Menjadi tantangan
sekaligus peluang
penelitian
di sini diantaranya adalah
bagaimana desain diagram blok yang lebih sederhana
dengan kompleksitas trade-off sistem dan algoritma adaptif berkehandalan
tinggi yang akan dipilih.
Teknologi M-MIMO
M-MIMO merupakan solusi yang mudah
untuk meningkatkan efisiensi sel khususnya
bagi penerapan sel kecil. Sesuai dengan pemakaian frekuensi
lebih
tinggi
di
atas 6 GHz akibat pengurangan ukuran antena. Meski demikian yang juga menjadi
perhatian
adalah adanya kontaminasi pilot
sebagai satu isu pada M-MIMO.
Mode
transmisi time
division
duplex (TDD) harus mengurangi sinyaling overhead. Faktor tesebut
mengharuskan
pemakaian cmWave atau
mmWave
bagi antena masif yang kompak.
Monserrat, et.al. (2016) menyebutkan
bahwa
kinerja yang sangat sensitif bagi beban mobilitas dan komputasi,
dapat membuat
solusi bagi banyak pengguna
yang tidak terjangkau. Dengan demikian tantangan sekaligus
peluang penelitian
dalam M-MIMO meliputi model dan estimasi
kanal, teknik
penghematan
energi dan
arsitektur perangkat keras. Desain receiver dengan kompleksitas rendah yang memanfaatkan
derajat kebebasan spasial M-MIMO dan teknik lapisan fisik dengan hardware berkompleksitas rendah, dengan mengurangi
rantai RF. Juga bagaimana
memperoleh
efisiensi energi di semua tingkatan
sistem,
hardware dan sistem pengolahan (Cwc-ucsd,
2017).
Manajemen Jaringan
Manajemen jaringan menjadi masalah yang menarik dan semakin penting dengan kondisi jaringan yang menjadi semakin
kompleks, berupa
kombinasi menara makrosel,
mikrosel, sel kecil yang mungkin dipasang pelanggan
sendiri, hub WiFi atau mungkin koneksi peer-to-peer.
Tujuan manajemen
jaringan di sini agar semua pengguna bisa
selalu memiliki
ketersediaan kebutuhan penuh 10 Gbps dengan
nyaris tanpa latensi. Dalam 5G, node dapat diatur hampir secara acak dalam pola geografis.
Node yang berbeda
akan mendukung kombinasi
band
berbeda dan memungkinkan memiliki
berbagai
tingkat kemampuan beamforming.
Analisis SWOT
Analisis SWOT
Analisis Strength, Weakness, Opportunity, Threats (SWOT) juga digunakan dalam menemukenali strategi yang mungkin untuk
melihat potensi
riset dan implementasi transmisi radio dalam proses
adopsi teknologi
5G.
Suatu riset akan berjalan dengan
baik jika
dilakukan berdasar roadmap yang ada dan
melalui tahapan yang terencana. Sebagaimana riset teknologi pada umumnya,
maka secara umum tahapan riset transmisi
radio dilakukan melalui alur berikut:
1. Motivasi riset
2. Ide baru
3. Simulasi/evaluasi
4. Sharing/publikasi/diseminasi
5. Paten
6. Prototipe dalam lingkungan nyata
7. Prototipe produk
8. Integrasi/interoperabilitas/ujicoba
9. Komersialisasi produk/marketing
Strategi pada Analisis SWOT
Analisis SWOT dengan strateginya
masing-
masing dari tulisan ini secara ringkas
ditampilkan sebagaimana gambar
12.
Strategi S-O (menggunakan
kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang)
•Penerapan spektrum baru pada teknologi radio gelombang milimeter
•Teknik beamforming 3D
•Massive MIMO (M-MIMO)
•Multiple access
•Receiver Maju (advanced receiver)
•Penerapan spektrum baru pada teknologi radio gelombang milimeter
•Teknik beamforming 3D
•Massive MIMO (M-MIMO)
•Multiple access
•Receiver Maju (advanced receiver)
Strategi W-O (mengatasi kelemahan dengan
mengambil keuntungan dari peluang)
•Evolusi smooth menuju teknologi 5G melalui interworking dengan teknologi sebelumnya (koeksistensi)
•Evolusi smooth menuju teknologi 5G melalui interworking dengan teknologi sebelumnya (koeksistensi)
Strategi S-T (menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman)
•Pemodelan 3D dan simulasi
•Desain susunan
antena
yang
kompak
dan matching dengan bagian
ujung (front end) transceiver
•Produksi massal
handset 5G dengan chipset yang mungkin bagi fitur khusus Indonesia
Strategi W-T (memperkecil kelemahan dan
menghindari ancaman)
•Harmonisasi frekuensi
•Managemen interferensi
•Penerapan teknik harvesting
energi berupa wireless power transfer/transmission.
ANALISIS
EVOLUSI
TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI
Teknologi telekomunikasi telah mengalami
perkembangan yang panjang, dimulai dari generasi nol hingga generasi keempat
yang sudah diimplementasikan saat ini.
a. Generasi Nol (0G)
Teknologi telekomunikasi dimulai
dengan teknologi mobile radio telephone,
yang diidentifikasi sebagai generasi nol (zero
generation/0G). Teknologi ini muncul sebelum adanya sistem komunikasi
selular. Beberapa teknologi yang digolongkan ke dalam generasi nol,
diantaranya:
1) Push
to Talk (PTT)
2) Mobile
Telephone System (MTS)
3) Improved
Mobile Telephone System (IMTS)
4) Advanced
Mobile Telephone System (AMTS)
b. Generasi Pertama (1G)
Generasi pertama dari sistem
telekomunikasi bergerak berbasis kepada sinyal analog. Sistem pada generasi ini
hanya mengakomodasi suara dan menggunakan teknologi circuit switched. Sistem generasi pertama menggunakan multiplexing berbasis frekuensi, yaitu Frequency Division Multiple Access (FDMA). Generasi pertama
memiliki sejumlah kekurangan, diantaranya kapasitas rendah, permasalahan pada
proses handoff, serta masalah
keamanan. Beberapa teknologi yang digolongkan ke dalam generasi pertama,
diantaranya:
1) Analog
Mobile Phone System (AMPS)
2) Total
Access Communication System (TACS)
c. Generasi Kedua (2G)
Generasi kedua dari sistem
telekomunikasi bergerak berbasis kepada sinyal digital. Sistem pada generasi
ini masih berfokus kepada transmisi suara, dengan kelebihan pada fasilitas short message services (sms). Bandwidth yang digunakan pada generasi
ini antara 20-200 kHz. Pada generasi ini, beberapa penelitian terkait value added services telah dimulai. Generasi ini menggunakan teknologi multiplexing berbasis waktu, yaitu Time Division Multiple Access (TDMA) dan teknologi multiplexing berbasis kode, yaitu Code Division Multiple Access (CDMA).
Pada generasi kedua ini lahirlah teknologi Global
System for Mobile Communication (GSM).
d. Generasi Ketiga (3G)
Generasi ketiga dari sistem
telekomunikasi bergerak dimulai pada tahun 2000, dengan kecepatan transmisi
dari 144 kbps-2 Mbps. Generasi ketiga diimplementasikan pada multimedia cell phone atau yang lebih
dikenal dengan smart phone, dengan
berbagai fasilitas seperti video call, Voice over IP (VoIP), Mobile TV, Online Gaming. Beberapa teknologi yang digolongkan ke dalam generasi
ketiga, diantaranya:
1) CDMA 2000
2) Wideband
Code Division Multiple Access (WCDMA)
3) Time
Division Synchronous Code Division Multiple Access (TD SCDMA)
e. Generasi Keempat (4G)
Generasi keempat menghadirkan
berbagai layanan baru, seperti multimedia message service (mms), televisi
digital, video conference. Generasi
keempat berbasis kepada teknologi
OFDM dan CDMA. Beberapa fitur didukung dengan adanya teknologi Long Term
Evolution (LTE). Teknologi pada generasi ini berfokus kepada layanan data melalui berbagai value added services yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
konsumen.
Adapun kebutuhan teknologi
Telekomunikasi ke depan meliputi hal-hal berikut:
1. Tingkat latency yang cukup rendah
2. Datarate
yang tinggi
3. Aspek keamanan yang semakin
meningkat
4. Konsumsi daya yang semakin rendah
5. Biaya komponen yang semakin rendah
KONSEP
5G
Teknologi
generasi kelima (5G) masih dalam tahap penelitian, diperkirakan akan diterapkan
mulai tahun 2020. Berbagai pelaku industri Telekomunikasi di dunia telah
memulai sejumlah persiapan untuk menyongsong era 5G. Agar tidak tertinggal dari
negara lain, Indonesia, yang saat ini baru memasuki era teknologi generasi
keempat (4G), perlu melakukan analisis terhadap kesiapan teknologi dan
infrastruktur, serta regulasi untuk mempersiapkan masuknya era generasi kelima
(5G). Teknologi generasi kelima menawarkan berbagai keunggulan dibandingkan
dengan teknologi sebelumnya, walaupun sejumlah kendala juga masih muncul [2].
Adapun fitur-fitur dari teknologi
generasi kelima (5G) adalah sebagai berikut:
1. kecepatan yang lebih tinggi (hingga
1Gbps)
2. bandwidth
yang lebih besar (hingga 10 Gbps)
3. tingkat latency yang cukup rendah (< 1ms)
4. keamanan tingkat tinggi
5. konsumsi daya rendah
TEKNOLOGI
PENDUKUNG
Adapun beberapa teknologi yang masuk
dalam kriteria untuk dapat diterapkan pada teknologi generasi kelima (5G),
diantaranya:
a. Massive
MIMO
Sistem Multiple Input Multiple Output (MIMO) merupakan sistem yang terdiri
atas sejumlah antena pengirim dan penerima [3]. Sistem MIMO bekerja dengan baik
pada komponen multipath. Massive MIMO merupakan teknologi MIMO
dimana jumlah terminal jauh lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah antena mobile station. Massive MIMO dapat meningkatkan kapasitas hingga 15 kali, serta
meningkatkan efisiensi energi radiasi
hingga 100 kali. Peningkatan efisiensi energi didukung dengan penggunaan
antena dalam jumlah besar.
Massive MIMO memiliki beberapa
keunggulan sebagai berikut:
1) Peningkatan datarate
2) Peningkatan reliabilitas
3) Peningkatan efisiensi energi
4) Penurunan tingkat interferensi
5) Tingkat keamanan yang cukup tinggi
6) Koneksi yang stabil
Di samping keunggulan, Massive MIMO juga memiliki beberapa
kendala sebagai berikut:
1) Diperlukan Signal Processing yang cepat dan terdistribusi
2) Diperlukan Komponen hardware yang berbiaya rendah
3) Konsumsi daya internal masih cukup
tinggi
4) Karakteristik kanal
5) Perlu adanya kalibrasi resiprositas
6) Masalah Pilot Contamination
b. Millimeter
Wave Small Cell Network
Frekuensi yang digunakan saat ini
memerlukan penataan untuk penggunaan di masa mendatang. Frekuensi yang memiliki
potensi untuk pemanfaatan masa mendatang adalah frekuensi di panjang gelombang
millimeter, yang dikenal sebagai mm wave.
Millimeter wave berada pada spektrum
frekuensi 30-300 GHz. Frekuensi tinggi memiliki keunggulan dalam hal bandwidth yang lebih besar dan ukuran
antena yang lebih kecil [6]. Dengan bandwidth
yang lebih besar akan mendukung datarate
yang lebih tinggi. untuk 5G, diperlukan datarate
yang tinggi dan bandwidth yang besar,
sehingga frekuensi yang cocok digunakan adalah mm wave. Millimeter wave
yang digunakan pada Small Cell Network
(SCN) mendukung efisiensi spectral.
Dari hasil penelitian sebelumnya, diperoleh bahwa SCN memerlukan transmit power yang lebih sedikit. Energy efficiency pada SCN juga cukup
besar karena ketika traffic rendah
sistem akan masuk ke dalam sleep mode.
c. Device
to Device (D2D)
Device to Device (D2D) menggunakan koneksi lokal
sehingga memiliki kapasitas yang
besar dan seamless [7]. Yang perlu
diperhatikan pada Device to Device
adalah koneksi D2D tidak boleh mengganggu atau menimbulkan interferensi
terhadap jaringan seluler. Untuk mencegah terjadinya interferensi dari
komunikasi D2D, base station harus mengontrol daya transmisi
maksimum. Pada gambar terlihat bahwa pengguna
2 (UE 2) dan pengguna 3 (UE3) berkomunikasi secara langsung (D2D) sedangkan base station (BS) mengendalikan daya
transmisi maksimum, untuk mencegah terjadinya interferensi terhadap user lain (UE1) yang menggunakan koneksi
jaringan seluler .
d. Beam
Division Multiple Access (BDMA)
Adapun prinsip dari Beam Division Multiple Access adalah
jika mobile stations berada pada
lokasi yang sama, mereka menggunakan beam
yang sama, dengan menggunakan frekuensi/waktu yang tersedia untuk multiple access. Ketika base station berkomunikasi dengan mobile station, orthogonal beam
dialokasikan untuk setiap mobile stations. Mobile stations dan base stations berada pada kondisi Line of Sight (LOS), cahaya dipancarkan satu sama lain untuk
berkomunikasi, tanpa menimbulkan interferensi kepada mobile stations yang berada di sekeliling.
e. Software
Define Network (SDN)
SDR merupakan kesatuan dari
teknologi hardware dan software dimana sebagian atau semua
fungsi operasional radio diimplementasikan dalam software yang dapat dimodifikasi. Sofware-radio adalah sebuah teknologi yang muncul untuk membangun
sistem radio yang fleksibel, dapat menerapkan berbagai fungsi dan layanan,
dapat dioperasikan pada berbagai standar dan frekuensi kerja yang berlainan. Di
samping itu, dengan Software Define
Network, konfigurasi sistem radio dapat diubah, menyesuaikan dengan standar
yang akan digunakan.
f. Cognitive
Radio Network (CRN)
Dalam
komunikasi wireless, spektrum
frekuensi merupakan sumber daya yang penting mengingat jumlahnya yang terbatas.
Pada umumnya, regulator mengalokasikan spektrum frekuensi tertentu kepada
penyedia jasa telekomunikasi. Pola ini tidaklah efisien, mengingat banyaknya
frekuensi yang tidak terpakai pada waktu tertentu. Frekuensi yang tidak
terpakai pada waktu-waktu tertentu tersebut pada dasarnya dapat digunakan oleh
pengguna lainnya. Radio kognitif merupakan sebuah sistem yang bersifat adaptif.
Radio kognitif dapat meningkatkan pemanfaatan spektrum dengan cara mencari secara
terus menerus frekuensi yang kosong atau tidak terpakai
g. Visible Light Communication (VLC)
Cahaya tampak (visible light) adalah bentuk dimana radiasi elektromagnetik dengan
panjang gelombang dalam kisaran tertentu diinterpretasikan oleh otak manusia
[10]. Spektrum yang terlihat mencakup panjang gelombang dari 380 nm sampai 750
nm. Visible Light Communication (VLC)
adalah sebuah sistem komunikasi yang memanfaatkan
cahaya tampak sebagai media dalam komunikasi antar perangkat. Frekuensi tinggi
akan memberikan datarate yang tinggi
(maksimum 1 Gbps) [11]. VLC memiliki keunggulan dalam efisiensi energi dan bandwidth yang besar, namun memiliki
keterbatasan dalam jangkauan transmisi dan transmisi pada daerah berpenghalang.
Dengan teknologi VLC, selain untuk penerangan lampu ruangan, LED juga dapat
digunakan sebagai media transmisi
Simulasi Penggunaan
Frekuensi Milimeter Wave Untuk
Akses Komunikasi Jaringn 5G Indoor
A. Model Propagasi
Propagasi
adalah propagasi terdapat istilah
propagasi ruang bebas. Propagasi ruang bebas terjadi bila ada
jalur Line
of Sight (LOS)
yaitu tidak ada penghalang yang menghalangi propagasi gelombang radio antara
pemancar dan
penerima.
Pada propagasi
ruang bebas hanya ada rugi-rugi sinyal
sebagai fungsi jarak antara pemancar dan penerima. Model yang paling sederhana adalah apabila kondisi
saling melihat antara pemancar dan
penerima terpenuhi dan hanya ada satu sinyal langsung yang
diterima, sehingga perhitungan
redaman dilakukan dengan menggunakan rumus redaman ruang bebas
B. Parameter Sistem
Penggunaan parameter simulasi bertujuan untuk memudahkan dalam proses analisis hasil. Parameter ini tujuan utamanya
adalah untuk menghitung pendistribusian
daya yang berasal dari antena transmitter.
Apabila daya dari antena transmitter
terdistribusi dengan baik, maka penerima juga
akan mendapatkan
daya yang optimal. Penempatan antena dan pemilihan perangkat juga merupakan bagian
penting dan harus diperhitungkan
sesuai dengan kondisi lingkungan.
Tabel. 1 berikut merupakan parameter yang digunakan untuk perancangan
sistem
jaringan indoor office environment.
C. Karakteristik Ruangan
denah indoor office environment yang digunakan
sebagai desain simulasi dengan spesifikasi panjang lantai 30m, lebar 12m, dan memiliki ketinggian
3m. Terdapat 10 kamar yang
memiliki luas 25 meter persegi dengan ukuran 5 meter
x 5 meter dan di tengah bagunan terdapat lorong dengan lebar 2m yang memisahkan
10
kamar tersebut menjadi dua bagian.
D. Skenario Simulasi
Simulasi dilakukan dengan menggunakan software
Radio Propagation Simulator dengan beberapa
modifikasi untuk mensimulasikan frekuensi mmWave .Beberapa skenario penempatan
Small Cells dengan penamaan Indoor Hotspot (InH)
disimulasikan dengan karakteristik
ruangan pada Gambar 1 dan dengan pemakaian konstruksi bahan
1 dengan konsumsi ruangan bahan beton
90%, yang dimaksudkan
dengan persentase tersebut adalah total bagunan yang berdiri dalam bangunan tersebut sekitar
140 meter maka sekitar 98 meter dinding
tersebut
berbahan beton sedangkan sisanya masing – masing
15% untuk jendala dan pintu.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berikut merupakan kualitas sinyal penerima
mmWave berdasarkan jarak antena transmitter InH
dan
receiver dengan kondisi LOS di lorong gedung. Hasil simulasi
yang menunjukkan kualitas sinyal mmWave dibandingkan dengan sinyal unlicenced 2,4GHz tanpa interferensi
dari pengaruh
sinyal frekuensi
lain dapat dilihat dari Gambar 2.
Proses simulasi ini melibatkan
sekitar 720 titik
referensi sebagai receiver. pada frekuensi
unlicenced 2,4GHz lebih luas jangkauanya
dibanding dengan pemakaian
frekuensi mmWave. Kondisi tersebut
berdasarkan persamaan (1),
apabila
frekuensi
pembawa
(carrier) diperbesar maka redaman
juga akan semakin besar. Hasil simulasi tersebut, juga menunjukkan
semakin jauh receiver dari antena
transmitter maka semakin turun kualitas sinyalnya.
Dari hasil simulasi, pemakaian frekuensi mmWave di 60GHz menjadi yang paling rendah kualitas sinyalnya pada bagian penerima.
Namun
pemakaian
60MHz pada jarak
30meter dari InH dengan kondisi
LOS masih memungkinkan terjadinya komunikasi karena user masih mendapatkan sinyal sebesar -80 dBm. hasil simulasi jika 12 antena InH menggunakan unlicensed 2,4GHz yang
ditempatkan diseluruh ruangan
5x5 meter dan satu antenna
di koridor. Hasil
simulasi menunjukkan bahwa user
yang ada pada
gedung
tersebut dan paling besar sekitar -56dBm. Dari hasil
simulasi pada
38GHz, user yang ada pada gedung tersebut
mendapatkan kualitas paling rendah sekitar -80dBm dan
paling besar sekitar -55dBm. Dari hasil simulasi
juga menunjukkan 80% kualitas sinyal antara -65 dan - 55dBm.
Hasil dan Pembahasan
Indikator Teknologi
Meskipun sampai dengan saat ini key requirements dari teknologi 5G belum disepakati bersama, tetapi dari perkembangan
teknologi dan visi dari 5G didapatkan bahwa secara global teknologi ini akan dapat memberikan
atau
mendukung 1000x kemampuan kapasitas data yang dimiliki oleh teknologi LTE dengan
kecepatan 1 Gbps pada sisi pengguna pada kondisi jaringan yang sangat padat (super dense network).
Pemetaan Teknologi
Pemetaan Teknologi
Dari hasil pengumpulan data terhadap perkembangan teknologi yang menuju ke arah 5G dengan indikator teknologi dilihat dari berbagai sudut pandang maka dapat dipetakan seperti dalam Tabel 2.
identifikasi Aspek
Industri
Melihat
dari kondisi
industri telkomunikasi di Indonesia
saat ini,
terdapat
beberapa
peluang dan
tantangan yang akan mempengaruhi teknologi 5G di Indonesia.
Industri ICT, Perangkat dan Jaringan Telekomunikasi
Keberadaan dan
dominasi vendor asing di Indonesia saat ini melemahkan industri lokal yang kalah modal dan selain itu rendahnya tingkat
kepercayaan dari masyarakat terhadap produksi dalam negeri. Dalam industri perangkat telekomunikasi, elemen TKDN dapat menjadi barrier to entry vendor asing dan
penguatan industri lokal. Sebagai contoh
pada transisi teknologi 3G Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia harus belajar dan menyiapkan strategi dalam menghadapi
era teknologi 5G untuk 5 tahun kedepan melalui langkah-langkah antara lain sebagai berikut :
1. Penyiapan industri perangkat dalam negeri
dengan melakukan
inisiasi
atau kerjasama
dengan learning center industri internasional yang telah mapan seperti Qualcomm dan Intel untuk belajar pengembangan handset dari chipset ternama sehingga Indonesia dapat mandiri dalam pembuatan handset.
2. Kementerian Kominfo dapat bergabung
secara aktif pada working group ITU WP5D atau dengan
yang lain
seperti 3GPP sehingga dapat memperoleh informasi standar lebih awal dan memiliki
peluang dalam memberikan kontribusi penyusunan
standar yang dapat disesuaikan ekosistem di
Indonesia; dsb.
Migrasi teknologi dari
4G ke 5G akan memaksa pengguna untuk mengubah terminal end user dimana
CPE tersebut harus bersifat universal terhadap semua layanan dan dapat beroperasi dalam jaringan nirkabel yang berbeda, selain itu juga harus mengatasi isu utilisasi perangkat tersebut dari sisi biaya produksi dan power yang lebih
tahan lama. Banyaknya pilihan
sistem nirkabel dapat dipengaruhi dari kondisi geografis
maupun waktu tertentu sistem
tersebut bekerja. Sehingga pilihan sebuah sistem dalam setiap kondisi akan
berbeda-beda berdasarkan
pilihan QoS terbaik yang dapat diberikan. Salah satu permasalahan QoS yang
mempengaruhi migrasi adalah isu security yang diharuskan bersifat dapat direkonfigurasi dan
adaptif.
Sehingga banyak sekali yang perlu diperhatikan oleh industri perangkat telekomunikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN


Strategi Implementasi Optimal 5G di Jawa Barat
Dalam menangkap peluang adopsi teknologi 5G, beberapa modal dasar
yang
dimiliki
Jawa Barat adalah :
• Pertama,
Jawa Barat
dengan
jumlah penduduk
46,37
juta jiwa dan laju pertumbuhan
penduduk per tahun
sebesar 1,43%
pada tahun 2016, merupakan potensi pasar handset terbesar di Indonesia sebagaimana Tabel 1.
• Kedua, adanya bonus demografi berupa
potensi
penduduk
muda usia produktif
(10-24
tahun) sebagai
pengadopsi
teknologi terbesar.
• Ketiga, Jawa Barat adalah daerah pusat
teknologi telekomunikasi atau TIK. Di sini terdapat berbagai perguruan
tinggi baik negeri maupun
swasta dengan
disiplin
ilmu elektro, komputer, telekomunikasi dan rumpunnya dengan
pusat-pusat studinya masing-masing dengan berbagai terobosan technopark khususnya terkait TIK. Juga terdapat lembaga-lembaga riset/ pusat-pusat
kajian baik yang melekat
pada institusi
resmi/ perguruan
tinggi maupun yang
independen.
• Keempat,
dunia industri
elektronika,
telekomunikasi,
rekayasa perangkat lunak juga
tersedia lengkap di daerah ini
dengan beberapa perusahaan
besar
seperti PT. Telkom, PT. INTI, PT. LEN, PT. CMI (Compact Microwave Indonesia),
PT. HDTE (Hariff Daya Tunggal Engineering) dan lainnya baik sebagai operator, provider, integrator
maupun pabrik/ manufaktur chip IC.
• Kelima,
kesiapan
Puslitbang Daerah, LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
dan
Dinas Kominfo di Jawa
Barat dalam mengantisipasi kemajuan
teknologi khususnya bidang TIK.
• Keenam, tersedianya
arah penelitian
dari pemerintah pusat sebagai
stakeholder berupa 10 Bidang Prioritas
Pembangunan Iptek yang salah satunya
berupa bidang
TIK. Bidang TIK ini
meliputi riset pembuatan dan produksi smart card; riset pembuatan dan industri chip IC, radio frequency identification (RFID) dan Internet of
Things (IoT);
riset pembuatan dan produksi sel fotovoltaic;
dan
riset 5G (broadband).
KESIMPULAN
Pertama dari hasil teknologi telekomunikasi
generasi kelima (5G), kesimpulannya yaitu :
a. Massive MIMO dikembangkan untuk teknologi generasi kelima (5G) dimana massive MIMO terdiri dari datarate, kapasitas, serta tingkat
keamanan yang tinggi, dalam teknologi generasi kelima (5G)
b. Device to Device Communication (D2D)
dikembangkan untuk mendukung teknologi
generasi kelima (5G) dan juga konsep D2D juga untuk mendukung pengembangan Internet of Things yang merupakan
kebutuhan untuk kemanjuan teknologi di masa depan.
Kedua di Indonesia sendiri
saat ini baru meluncurkan teknologi 4G dan ber kesempatan
untuk pembelajaran penerapan teknologi adopsi 5G apabila teknologi tersebut telah hadir.
Ketiga Berdasarkan
hasil simulasi penggunaan frekuensi
Milimeter Wave (mmWave) untuk akses komunikasi jaringan 5G Indoor, menggunakan
frekuensi mmWave dengan domain tinggi, khususnya
jika terdapat penerapan perangkat komunikasi berbasis D2D. Dari hasil simulasi deployment untuk kasus indoor office
environment,
apabila setiap ruangan ditempatkan
Indoor Hotspot (InH), lebih efektif
jika
menggunakan frekuensi
domain tinggi yaitu di frekuensi 60GHz, dibadingkan dengan penggunaan
frekuensi 38GHz, 28GHz, dan 5GHz maupun frekuensi unlicenced
2.4GHz. Rata-rata SIR yang paling
bagus
pada
frekuensi mmWave di 60GHz yaitu sebesar 33,97dB. Rata–rata
received
signal
adalah
-73,87dBm. Perangkat yang menggunakan frekuensi rendah kurang
cocok diterapkan
dalam ruangan karena jangkuannya
lebih luas sehingga mudah menyebabkan interferensi
(co-channel interference)
pada perangkat lain karena penggunaan frekuensi pembawa yang sama. Seperti
pada penggunaan unlicenced 2.4GHz dan mmWave 5GHz, user hanya mendapatkan rata-rata SIR sebesar
sekitar 5dB.
Keempat
di jawa barat, teknologi kunci riset transmisi radio 5g dan implementasinya ada
pada system antenna cerdas (smart antenna) dengan kemampuan beamforming 3D,
massive-MIMO (M-MIMO), kajian frekuensi gelombang millimeter (mmwave), rekayasa
alokasi spectrum di atas 6GHZ, manajemen jaringan, teknologi handset yang
mencakup aplikasi mobile nya, pemodelan dan simulasi serta teknologi energy
harvesting, akan di butuhkan keberpihakan pemerintah dalam penggunaan produk TIK dalam negeri,
berbagai peluang yang ada jika didukung
pada riset dan inovasi TIK akan semakin bervariasinya sumber
penyandang
dana riset, cepatnya dana
sampai ke
peneliti dan meningkatnya pola kolaborasi antar peneliti menjadi pendorong keberhasilan riset transmisi radio
untuk adopsi
teknologi
5G dan teknologi penerusnya.
REFERENSI
[1]. http://ejournal.ukrida.ac.id/ojs/index.php/TIK/article/viewFile/1380/1514
[2].https://media.neliti.com/media/publications/41208-ID-kajian-awal-5g-indonesia-5g-indonesia-early-preview.pdf
[3]. ejournal.st3telkom.ac.id/index.php/infotel/article/view/144
[4].crjournal.jabarprov.go.id/index.php/crj/article/download/103/pdf_1